Monday, May 19, 2014

Pelajaran Gizi di Sekolah Jepang

Di Jepang para murid disediakan makan siang di Sekolah dari Taman Kanak-kanak (TK) hingga Sekolah Menengah. Tidak disediakan kantin dan tidak dibenarkan untuk jajan sembarangan diluar. Budaya makan disekolah ini sudah dimulai sejak pasca perang dunia ke dua dan berlanjut hingga saat ini. 

Walau anak saya full membawa bentou dari rumah, karena faktor kehalalan. Saya juga mendapat banyak pelajaran mengenai kebiasaan positif ini. Dimulai dari wawancara setiap orang tua mengenai makanan yang bisa memicu alergi atau tidak bisa dimakan oleh anak karena alasan lain, kemudian penjelasan mengenai cara masak, menu yang variatif dan penyediaan susu tiap hari.


Untuk TK biasanya pengadaan makanan berupa bento dengan menggunakan wadah makan lucu. Untuk pengadaan bentou ini sekolah bekerja sama dengan perusahaan yang khusus menyediakan katering bento anak TK. bisa dilihat di sini

Sedangkan SD hingga SMP dan sebagian SMA pengadaan makanan dilakukan disekolah masing-masing, dengan panduan guru ahli gizi dan bantuan beberapa tukang masak profesional. Ketika menyusun menu, ahli gizi ini sangat memerhatikan nilai dan komposisi gizi, serta menyeimbangkan pemberian nasi/tepung/kentang, ikan dan sayur-sayuran serta buah, agar anak-anak pada usia pertumbuhan mendapat asupan nutrisi yang optimal. Menu makan siang harus memenuhi 1/3 kebutuhan nutrisi harian anak, yaitu sekitar 430-450 kilokalori untuk bento TK, 600-700 kilokalori untuk anak SD. Menu harian ini juga diharapkan mencakup 1/2 kebutuhan kalsium dan dan 33-40% kebutuhan vitamin dan mineral harian. Kecukupan kalsium menjadi perhatian khusus, sebab ada kecenderungan kurang asupan kalsium di kalangan anak-anak. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan kalsium, sekotak susu hampir selalu dimasukkan ke dalam menu makan siang di sekolah. 

Berikut 6 panduan menyusun menu makan siang anak di Sekolah Jepang 

1. Harus bervariasi. Jenis hidangan berganti-ganti setiap hari, agar anak mendapat pengalaman makan yang bermacam-macam, tidak bosan dan mendapat nutrisi lengkap. Menu makan siang juga memasukkan sayur dan buah-buah yang sedang musim saat itu.

2. Buatan sendiri, lezat dan aman. Umumnya saat masak menggunakan kaldu dari tulang ayam atau sapi, bukan kaldu bubuk atau penyedap rasa. Serta tidak membubuhkan terlalu banyak gula atau garam ke masakan. Anak-anak dibiasakan pada rasa alami makanan, keuntungan memasak sendiri adalah bahan makanan lebih terkontrol, sehingga hidangan lebih sehat dan aman. Untuk alasan keamanan pula, makanan di sekolah selalu dimasak pada hari yang sama ketika bahan makanan dibeli. Dan, bebas dari makanan mentah, seperti sushi dan sashimi.

3. Menghindari penyakit degeneratif. Berbagai penyakit gaya hidup, menyerang sejak usia dini. Para ahli kesehatan di Jepang meyakini, jika anak terlalu banyak dan terlalu sering makan sumber lemak hewani (daging sapi, kambing, babi, ayam, dan lain-lain), kadar kolesterol di tubuh meningkat, menambah risiko penebalan pembuluh darah. Meski ikan termasuk hewan, namun kadar kolesterolnya rendah, berkat kandungan DHA (Docosahexaenoic acid) dan EPA (Eicosapentaenoic acid). 

DHA berfungsi melancarkan aliran darah dan meningkatkan aktivitas otak. EPA menetralisir lemak dan melancarkan aliran darah. Itu sebabnya anak-anak di Jepang diwajibkan banyak makan ikan, terutama ikan perairan dalam atau blue fish seperti sardin, makarel, tuna, salmon dan lain-lain. 

Konsumsi garam dan gula juga dibatasi untuk menghindari penyakit tekanan darah tinggi dan diabetes. Sebaliknya, sumber serat seperti rumput laut, jamur, sayuran dan polong-polongan, dipastikan selalu ada dalam menu makan siang.   

4. Tekstur mudah dikunyah. Ini untuk melatih keterampilan mengunyah anak-anak. Mengunyah dengan benar, membantu pertumbuhan dagu dan gigi-geligi, mencegah gigi berlubang, mencegah makan berlebihan dan obesitas. Juga, diyakini dapat menstimulasi dan membantu otak bekerja lebih baik.

5. Menghargai budaya makan tradisional. Bangsa Jepang kaya akan makanan tradisional yang sehat, yang telah ribuan tahun diwariskan dari generasi ke generasi, seperti okara (sejenis polong-polongan), rumput laut jenis konyaku, hijiki,  dan ikan kecil seperti bonito kering. 

6. Menikmati makan siang dengan sopan. Tidak sekadar makan, makan di sekolah juga mengajarkan anak mematuhi tata tertib makan atau table manner, agar tidak mengganggu anak lain

Salah satu cara membuat anak tertarik pada makanan adalah dengan melibatkan mereka dalam proses menyiapkan acara makan tersebut. Itu sebabnya, sekolah di Jepang menugaskan anak-anak bergiliran dibagi menjadi beberapa kelompok menjadi school lunch duty. Ada kelompok yang bertugas menyiapkan dan mengelap meja, menyiapkan piring dan mangkuk, dan kelompok favorit adalah yang  berseragam mirip koki dan bertugas mendistribusikan makanan untuk teman-temannya. Untuk anak saya pengalaman dan kepercayaan ini sungguh meyenangkan :)




sumber
http://www.nier.go.jp/English/EducationInJapan/Education_in_Japan/Education_in_Japan_files/201303SLP.pdf
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/gizi.kesehatan/balita/6.makan.siang.sehat.ala.jepang/001/001/1666/2

4 comments:

  1. enak ya sekolah di jepang... sekolah di sini, khawatir sama jajanan di pinggir jalan... walaupun dibikinin bekel, klo teman2 yg lain jajan, pasti anak ingin jajan juga :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya ya mbak, anak2 biasanya ngikut teman2 nya.
      memang harus di mulai dari sekolah, tidak disediakan tempat jajan (yg ga sehat) kali ya

      Delete
  2. aturan'y hebat ya bikin anak kita sehat tentunya,salam kenal mba...:)

    ReplyDelete